Bagaimana Dampak Terjadinya Perang Dunia 1
Intervensi Belanda di Keraton Yogyakarta
Salah satu penyebab umum terjadinya Perang Diponegoro adalah intervensi Belanda di Keraton Yogyakarta.
Terbaginya Kerajaan Mataram Islam menjadi tiga kekuasaan (Yogyakarta, Surakarta, Mangkunegaran), pada abad ke-18 tidak lepas dari campur tangan Belanda.
Memasuki abad ke-19, situasi di Surakarta dan Yogyakarta semakin memprihatinkan.
Intervensi pemerintah kolonial terhadap pemerintahan lokal tidak jarang mempertajam konflik yang sudah ada atau justru melahirkan permasalahan baru di lingkungan kerajaan.
Hal ini juga terjadi di Yogyakarta, di mana konflik di keraton dimanfaatkan Belanda untuk menerapkan taktik adu domba.
Campur tangan pihak kolonial tidak hanya memicu perpecahan, tetapi juga membawa pergeseran adat dan budaya keraton yang tidak sesuai dengan budaya Nusantara.
Sejak Sultan Hamengkubuwono III memegang tumpuk pemerintahan Yogyakarta, Pangeran Diponegoro sangat malu dan prihatin terhadap terjadinya konflik suksesi di keraton.
Bahkan, karena sang ayah sangat sekuler dan cenderung pada budaya Barat, Pangeran Diponegoro memillih meninggalkan aktivitas di keraton dan hanya melakukan audiensi kepada ayahnya pada hari-hari besar.
Baca juga: Siapa Saja Tokoh yang Membantu Perang Diponegoro?
Proses Terjadinya Petir pada Awan Hujan atau Mendung
Masih bersumber dari laman resmi BMKG, petir biasa terjadi di awan Cumulonimbus (Cb). Awan ini merupakan salah satu awan konvektif atau awan yang menjulang tinggi ke atas. Jika dilihat dari bentuknya, awan Cb berbentuk seperti jamur dengan bagian atas berbentuk seperti topi.
Petir hanya bisa terjadi pada awan yang sudah mencapai taraf matang. Awan tersebut akan membentuk dua batas lapisan utama elektrifikasi. Pada bagian atas awan terkonsentrasi medan listrik positif. Sedangkan, bagian bawah terkonsentrasi medan elektrik negatif.
Bertemunya muatan listrik positif dan negatif itulah yang akan menimbulkan terjadinya petir. Dalam prosesnya, terdapat tiga tipe petir dari awan Cb, yaitu petir intracloud (IC) atau petir yang terjadi di dalam awan yang sama, petir cloud to cloud (CC) atau petir yang terjadi dari awan ke awan lain, dan petir cloud to ground (CG) atau pelepasan energi dari awan ke bumi.
Petir intracloud terjadi akibat pertemuan muatan listrik positif yang berada di bagian atas awan dengan muatan listrik negatif yang berada di bagian bawah pada awan yang sama. Sedangkan, mekanisme yang mirip juga terjadi pada petir cloud to cloud, hanya saja muatan positifnya menyambar muatan negatif dari awan lain yang mendekat.
Sementara itu, petir cloud to ground terbagi menjadi positif (CG+) dan negatif (GC-). Petir CG+ terjadi ketika muatan positif pada awan Cb menyambar muatan negatif di tanah dan menjadi petir. Sementara, petir GC- terjadi akibat muatan negatif pada awan Cb menyambar atau bergerak ke permukaan bumi dan juga menimbulkan kilatan petir. Awan CG inilah yang berbahaya bagi karena bersinggungan langsung dengan aktivitas manusia.
Cara Menghindari Petir
Berikut cara yang harus dilakukan untuk terhindar dari sambaran petir ketika sudah terdapat tanda-tanda petir di langit:
Demikian penjelasan proses terjadinya petir dan cara berlindung dari sambaran petir. Semoga bermanfaat dan terus tingkatkan kewaspadaan ya, Dab!
Artikel ini ditulis oleh Ridwan Luhur Pambudi, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Penderitaan rakyat akibat penjajahan
Dominasi Belanda di Yogyakarta membuat rakyat menderita karena dijadikan sebagai objek pemerasan.
Pada waktu itu, pemerintah kerajaan mengizinkan perusahaan asing menyewa tanah untuk kepentingan perkebunan.
Pada umumnya, tanah ini disewa dengan penduduknya sekaligus. Alhasil, para petani tidak dapat mengembangkan hidupnya karena harus menjadi tenaga kerja paksa.
Beban mereka pun semakin berat karena diwajibkan untuk membayar berbagai macam pajak, seperti pajak tanah, pajak halaman pekarangan, pajak jumlah pintu, pajak ternak, pajak pindah nama, dan pajak menyewa tanah atau menerima jabatan.
Di samping itu, masih ada pajak yang ditarik di tempat pabean atau tol, di mana semua lalu lintas pengangkutan barang juga dikenai pajak.
Bahkan seorang ibu yang menggendong anak di jalan umum juga harus membayar pajak.
Melihat penderitaan rakyat akibat kekejaman Belanda, Pangeran Diponegoro semakin mantab untuk melakukan perlawanan.
Baca juga: Mengapa Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro Sangat Terkenal?
Penobatan Pangeran Menol
Pada 16 Desember 1822, Sultan Hamengkubuwono IV meninggal secara mendadak di usia 18 tahun.
Residen Yogyakarta, Baron de Salis, pada awalnya meminta Pangeran Diponegoro untuk menggantikan, tetapi ia menolak.
Saat kondisi mendung, kilatan cahaya kerap kali terlihat diikuti suara menggelegar beberapa saat setelahnya. Itulah yang dikenal dengan petir dan berbahaya ketika terkena tubuh manusia karena memiliki arus listrik sangat besar.
Mengutip situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), petir adalah kilatan cahaya di atmosfer yang terdiri dari guntur dan disebabkan oleh pelepasan listrik berarus tinggi. Petir terjadi karena pelepasan muatan listrik yang dipisahkan dalam awan cumulonimbus.
Petir melepaskan arus listrik yang tinggi dalam rentang waktu yang singkat. Dalam satu sambaran petir, diperkirakan arus listrik yang dilepas mencapai 80 ribu ampere. Sementara, total daya rata-rata yang dilepaskan secara serentak dalam satu kali sambaran petir sekitar 106 watt.
Besarnya energi yang dilepaskan petir dapat menimbulkan dampak pada objek yang terkena sambaran petir, seperti kerusakan, kebakaran, hingga korban jiwa ketika petir menyambar manusia. Selain itu, dampak merugikan lain dari petir berupa kerusakan jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, dan gangguan penerbangan.
Dalam beberapa kejadian, petir tidak hanya berasal dari awan mendung di langit, tetapi juga dapat terjadi ketika gunung berapi mengeluarkan kepulan asap pekat. Lantas, bagaimana sebenarnya petir ini bisa terjadi? Berikut penjelasannya yang dikutip dari laman BPBD Jogja, buletin Waspadai!! Cuaca Ekstrim di Awal Tahun 2020 oleh Stasiun Meteorologi Juanda Sidoarjo, dan laman Stasiun Meteorologi Trunojoyo Madura.
Proses Terjadinya Petir pada Awan Panas Gunung Api
Mekanisme petir dari letusan gunung api atau petir vulkanik tidak jauh berbeda dengan petir dari awan Cb. Bedanya, muatan yang terkandung dalam awan Cb digantikan oleh awan kepulan erupsi gunung api berisi uap air, abu, debu, dan partikel vulkanik lain yang menyembur ke angkasa secara masif.
Petir vulkanik tidak terjadi secara langsung walau di dalam kolom letusan telah berisi partikel abu kaca panas, uap dan gas yang bersama meletus ke atmosfer. Hal itu, karena sebelum terjadi petir, partikel tersebut harus terionisasi terlebih dahulu dengan memisahkan elektron yang terikat pada tiap partikel dengan perantara energi potensial suatu masa. Muatan-muatan ion inilah yang menjadi pemicu terbentuknya petir.
Sejarah dan Latar Belakang Perang Dunia I
Latar belakang sejarah terjadinya Perang Dunia I dipicu oleh peristiwa terbunuhnya pewaris takhta Kerajaan Austria-Hongaria, yaitu Pangeran Franz Ferdinand. Pangeran Ferdinand dibunuh di Sarajevo, Bosnia-Herzegovina, pada 28 Juni 1914.
Pembunuh sang pangeran adalah Gavrilo Princip yang merupakan seorang nasionalis Serbia. Atas insiden itu, pihak Austria-Hongaria menuduh Serbia sebagai dalang dari pembunuhan tersebut dan memberikan ultimatum keras serta menyatakan perang.
David Evans dalam The First World War (2004) menyebutkan, Austria-Hongaria menggerakkan invasi ke Serbia pada 28 Juli 1914. Selanjutnya, Austria-Hongaria bersama Jerman juga menyerang ke Belgia yang saat itu terikat perjanjian dengan Prancis.
Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia ikut bergabung dengan karena kala itu sedang terlibat persaingan dengan Jerman di bidang industri dan militer.
Konflik yang mulanya terjadi antara Austria-Hongaria melawan Serbia meluas menjadi perang besar, karena sekutu dari kedua belah pihak turut memanaskan situasi.
Terbentuklah kubu-kubu yang menyebabkan peperangan semakin besar dan meluas bahkan hingga melibatkan negara dari luar Eropa, yakni Triple Alliance (Aliansi Tiga) melawan Triple Entente (Entente Tiga).
Jika disimpulkan, latar belakang atau penyebab timbulnya Perang Dunia I adalah sebagai berikut:
Sebab khusus Perang Diponegoro
Sebab khusus terjadinya perlawanan Pangeran Diponegoro adalah pematokan tanah oleh Belanda di atas makam leluhur Pangeran Diponegoro.
Pada tahun 1825, Belanda dengan sengaja menanam patok-patok untuk membuat jalan di atas makam leluhur Pangeran Diponegoro.
Hal itulah yang membuat kemarahan Pangeran Diponegoro memuncak, dan menyatakan sikap perang terhadap Belanda.
Sebelum insiden patok tersebut, pada 1823, Jonkheer Anthonie Hendrik Smissaert diangkat sebagai residen Yogyakarta.
Tanpa diketahui sebabnya, tokoh Belanda ini dikenal sebagai sosok yang sangat anti terhadap Pangeran Diponegoro.
Ketiadaan pemimpin yang berwibawa di lingkungan keraton membuat para pejabat Belanda, termasuk Smissaert berbuat semaunya.
Smissaert bahkan selalu duduk di kursi yang disediakan untuk sultan ketika diadakan rapat resmi.
Baca juga: Keris Kiai Nogo Siluman, Pusaka Milik Pangeran Diponegoro
Konflik pribadi antara Pangeran Diponegoro dengan Smissaert semakin tajam sesudah peristiwa saling mempermalukan di depan umum dalam sebuah pesta di kediaman residen.
Kala itu, Pangeran Diponegoro terang-terangan menentang Smissaert. Hal itulah yang membuat Smissaert bekerjasama dengan Patih Danurejo untuk menyingkirkan Pangeran Diponegoro dari istana Yogyakarta.
Pada suatu hari di tahun 1825, Smissaert dan Patih Danurejo memerintahkan anak buahnya untuk memasang patok dalam rangka membuat jalan baru.
Pemasangan patok ini secara sengaja melewati pekarangan milik Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa izin.
Pangeran Diponegoro memerintahkan rakyat untuk mencabuti patok-patok itu karena di tanah tersebut terletak makam leluhurnya.
Namun, Patih Danurejo memerintahkan untuk memasang kembali patok-patok itu dengan dikawal pasukan Macanan (pasukan pengawal Kepatihan).
Baca juga: Reog Bulkiyo, Warisan Prajurit Pangeran Diponegoro
Pengikut Pangeran Diponegoro kemudian merespon dengan mencabuti patok-patok yang baru saja ditanam dan menggantinya dengan tombak-tombak mereka, sebagai simbol perlawanan terhadap Belanda.
Berita insiden patok ini dengan cepat menyebar ke masyarakat, dan setelah itu meletuslah Perang Diponegoro pada 20 Juli 1825.
KOMPAS.com - Perang Diponegoro adalah serangkaian pertempuran antara Pangeran Diponegoro melawan Belanda, yang berlangsung dari tahun 1825 hingga 1830.
Pangeran Diponegoro merupakan putra Sultan Hamengkubuwono III (1810-1811).
Bermula di Yogyakarta, tempat terjadinya Perang Diponegoro meluas hingga ke banyak daerah di Jawa.
Oleh sebab itu, perlawanan Pangeran Diponegoro juga kerap disebut sebagai Perang Jawa.
Apa sebab umum dan sebab khusus terjadinya Perang Diponegoro?
Baca juga: Perang Diponegoro: Penyebab, Strategi, dan Dampaknya
tirto.id - Perang Dunia I (World War I) merupakan peperangan besar pertama dalam sejarah modern yang menimbulkan dampak besar bagi tatanan kehidupan masyarakat secara global. Lantas, bagaimana kronologi terjadinya Perang Dunia (PD) Pertama dan akhirnya siapa yang menang?
Dimulai tahun 1914, Perang Dunia I merupakan peristiwa besar yang terjadi di kawasan Eropa dan Asia Pasifik, namun berpengaruh sangat luas. Setelah Perang Dunia I berakhir, ada peperangan besar berikutnya yang menyusul terjadi, yakni Perang Dunia II sejak 1941, kemudian berlanjut dengan Perang Dingin.
Perang Dunia I dapat dikatakan sebagai tonggak perubahan sejarah dunia, karena akibat atau dampak yang ditimbulkan perang ini berpengaruh besar bagi negara-negara lain. Sebagai contoh, adanya Perang Dunia I memberikan akses bagi negara-negara untuk membuat teknologi persenjataan yang canggih.
Selain itu, bagi bangsa-bangsa di kawasan Asia dan Afrika yang sudah sekian lama terjajah oleh negara-negara Barat, Perang Dunia I menjadi pemicu semangat mereka untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan dan menjadi negara yang merdeka serta berdaulat.
Akhir dan Dampak Perang Dunia I
Perang Dunia I menimbulkan dampak yang besar dan berpengaruh terhadap banyak negara. Setidaknya 4 kekaisaran runtuh usai perang ini, yaitu Jerman, Austria-Hongaria, Turki Ustmaniyah, dan Rusia.
Banyak negara yang mengalami kehancuran parah, termasuk Belgia dan Serbia, juga Prancis, Jerman, serta Rusia. Martin Kitchen dalam Europe Between the Wars (1980) mencatat, tidak kurang dari 8 juta tentara asal Eropa tewas, 7 juta orang lainnya mengalami cacat permanen, ditambah 15 juta orang yang terluka parah.
Dampak ekonomi juga amat terasa. Kelaparan terjadi di mana-mana, bahkan hingga di luar Eropa. Jutaan orang kehilangan rumah dan sebagian harus pindah ke negara lain, sampai ke Amerika Serikat bahkan Cina.
Tak hanya itu. Perang Dunia I juga menyebabkan munculnya wabah yang menyebar dan menewaskan jutaan orang serta puluhan juta lainnya terinfeksi, terutama wabah tipus, malaria, dan influenza.
Untuk pandemi flu saja, seperti yang terangkum dalam The Threat of PandemicInfluenza (2005) suntingan Stacey L. Knobler, secara keseluruhan telah menyebabkan tidak kurang dari 50 juta orang kehilangan nyawa.
Selengkapnya, berikut ini berbagai dampak yang ditimbulkan akibat Perang Dunia I:
KOMPAS.com - Perang Diponegoro adalah serangkaian pertempuran antara Pangeran Diponegoro melawan Belanda, yang berlangsung dari tahun 1825 hingga 1830.
Pangeran Diponegoro merupakan putra Sultan Hamengkubuwono III (1810-1811).
Bermula di Yogyakarta, tempat terjadinya Perang Diponegoro meluas hingga ke banyak daerah di Jawa.
Oleh sebab itu, perlawanan Pangeran Diponegoro juga kerap disebut sebagai Perang Jawa.
Apa sebab umum dan sebab khusus terjadinya Perang Diponegoro?
Baca juga: Perang Diponegoro: Penyebab, Strategi, dan Dampaknya